.jpeg)
Halsel, rakyatbersatu.news.com – Warga Desa Akedabo dan Loleongusu di Kecamatan Mandioli Utara, Kabupaten Halmahera Selatan (Halsel), dipaksa hidup dalam kegelapan selama sepekan terakhir akibat pemadaman listrik.
Ironisnya, dari enam desa di kecamatan itu, hanya dua desa ini yang dibiarkan gelap gulita sementara empat lainnya tetap menikmati listrik secara normal.
Pemadaman yang terkesan diskriminatif ini mengundang tanda tanya besar sekaligus kemarahan publik.
Kepala Desa Akedabo, Fiktor Toara, menyebut pemadaman tersebut tidak hanya mencederai kenyamanan warga, tapi juga menghancurkan aktivitas sosial dan ekonomi masyarakat.
“Anak-anak tidak bisa belajar, pedagang kecil rugi besar karena es tidak beku, ikan-ikan rusak dan tidak bisa dijual,” terang Fiktor, Senin (15/4/2025).
Keluhan serupa datang dari warga Loleongusu yang mulai kehilangan kesabaran. Mereka mempertanyakan motif di balik pemadaman yang hanya menyasar dua desa secara terus-menerus.
“Kalau ini masalah teknis, harusnya PLN terbuka. Tapi ini sudah seminggu, masa tidak bisa diselesaikan, Atau memang ada yang sengaja membiarkan kami hidup dalam gelap.” tegas salah satu warga Loleongusu yang enggan disebutkan namanya.
Diamnya institusi pelayanan publik ini justru menciptakan kesan abai dan tidak bertanggung jawab. Wargapun mulai berspekulasi, apakah ini bentuk kelalaian, kesengajaan, atau diskriminasi terselubung.
Desakan terhadap pemerintah daerah pun mulai menguat. Warga menuntut adanya intervensi langsung dan meminta transparansi penuh atas perlakuan yang mereka anggap tidak adil dan diskriminatif ini.
Ketimpangan distribusi listrik di dalam satu kecamatan kecil ini bukan hanya soal teknis, melainkan pertanyaan moral dan keadilan publik. Apakah dua desa ini dikorbankan demi kenyamanan desa lain.
Hingga berita ini diterbitkan, pihak PLN belum memberikan keterangan resmi. Warga Akedabo dan Loleongusu hanya bisa berharap, sambil menunggu terang yang tak kunjung datang.
Reporter : Anto/rb
